0
0

AS Turun Tangan di Perang Israel-Iran: Persekongkolan Trump dan Netanyahu Seret Dunia ke Tepi Kehancuran

Ketegangan memuncak! Amerika Serikat akhirnya masuk gelanggang, memanaskan konflik yang sudah membara di Timur Tengah

LiputanKhusus.com, Washington – Dunia terkejut saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Sabtu malam mengumumkan serangan besar-besaran ke situs-situs nuklir utama Iran, menandai keterlibatan langsung Amerika dalam konflik bersenjata antara Israel dan Iran. Serangan ini dilakukan terhadap fasilitas nuklir Fordo, Natanz, dan Isfahan, yang selama ini menjadi tulang punggung program nuklir Teheran.

“Beberapa saat lalu, militer Amerika Serikat melancarkan serangan presisi besar-besaran terhadap tiga fasilitas utama nuklir rezim Iran,” ujar Trump dalam pidatonya dari Gedung Putih. “Kita telah bekerja sama dengan Israel seperti tim yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ancaman besar ini telah kita hapuskan.”

Menurut sumber di Departemen Pertahanan AS, serangan tersebut melibatkan peluncuran lebih dari 30 rudal Tomahawk dari kapal selam Angkatan Laut AS, sementara beberapa pesawat pembom B-2 Spirit juga dikerahkan dari Missouri. B-2 membawa senjata penghancur bunker seberat 30.000 pon, GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP), satu-satunya bom konvensional non-nuklir yang diyakini mampu menghancurkan Fordo, yang dibangun di dalam gunung.

Presiden Trump menyaksikan jalannya operasi dari Situation Room di Gedung Putih bersama tim keamanan nasionalnya. Melalui media sosial, Trump sebelumnya sempat menyatakan, “Satu muatan penuh bom telah dijatuhkan di Fordo.” Namun, hingga Sabtu malam waktu Washington, belum ada informasi pasti mengenai tingkat kerusakan fasilitas-fasilitas yang diserang.

Krisis Melonjak ke Konflik Bersenjata Langsung

Dengan aksi ini, Amerika Serikat secara resmi masuk dalam konflik bersenjata langsung dengan Iran. Ini merupakan eskalasi paling dramatis sejak krisis antara Israel dan Iran memanas beberapa pekan terakhir. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu langsung menghubungi Trump usai serangan.

“Saya ucapkan selamat kepada Presiden Trump, para pilot Amerika, dan rakyat AS. Presiden Trump adalah pemimpin dunia bebas yang kuat, sahabat sejati Israel,” ungkap Netanyahu melalui unggahan di media sosial.

Ironisnya, keputusan ini diambil hanya dua hari setelah Trump sebelumnya menyatakan akan menunggu dua minggu untuk melihat apakah jalur diplomasi dengan Iran masih memungkinkan. Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintahan Trump sebenarnya tengah mengupayakan negosiasi dengan Teheran untuk membatasi program nuklir mereka, bahkan sempat meminta Netanyahu menahan diri.

Namun jalur diplomasi kini tampak tertutup. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sebelumnya telah memperingatkan bahwa setiap intervensi militer AS akan dibalas dengan “kerugian yang tidak bisa diperbaiki.” Iran telah mengajukan surat kecaman keras kepada Dewan Keamanan PBB, menuduh AS dan Israel melakukan pelanggaran hukum internasional dan harus bertanggung jawab atas konsekuensi berat yang akan muncul.

Dampak Ekonomi Global Mengintai

Para analis memperingatkan bahwa potensi balasan Iran bisa langsung mempengaruhi stabilitas ekonomi global, terutama di sektor energi. Salah satu skenario yang dikhawatirkan adalah penutupan Selat Hormuz, jalur vital tempat sekitar 20% pasokan minyak dunia melewati wilayah itu setiap hari.

“Sudah ada laporan bahwa Iran mulai melakukan jamming sinyal kapal-kapal dagang di sekitar Selat Hormuz,” ujar Helima Croft dari RBC Capital Markets kepada CNBC. Beberapa operator kapal tanker, termasuk QatarEnergy dan Kementerian Perkapalan Yunani, telah memperingatkan kapal-kapal mereka untuk menjauhi kawasan tersebut.

Pertarungan Persepsi Nuklir

Selama bertahun-tahun, Israel menuduh Iran tengah mengembangkan senjata nuklir, sementara Iran bersikeras bahwa program nuklir mereka murni untuk tujuan sipil. Ironisnya, bahkan lembaga intelijen AS sendiri dalam beberapa bulan terakhir menilai bahwa Iran tidak sedang membangun senjata nuklir. Direktur Intelijen Nasional AS Tulsi Gabbard dalam testimoninya Maret lalu menyatakan: “Iran belum melanjutkan program senjata nuklirnya sejak dihentikan pada 2003.”

Namun Trump secara terbuka menolak penilaian tim intelijennya sendiri. “Saya tidak peduli apa yang mereka katakan. Saya pikir mereka hampir memiliki bom itu,” ujarnya di Air Force One pekan lalu.

Awal Perang Besar?

Langkah ini secara efektif membawa kembali militer Amerika ke dalam konflik terbuka di Timur Tengah, sesuatu yang Trump janjikan akan dihindari saat kampanye masa jabatan keduanya. Kini, dunia menahan napas menunggu apakah Iran akan membalas secara langsung, atau perang kawasan ini akan berubah menjadi konflik skala penuh yang melibatkan lebih banyak negara.

Dewan Keamanan PBB dijadwalkan menggelar pertemuan darurat untuk membahas krisis ini. Sementara itu, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memastikan bahwa hingga Minggu pagi waktu London, tidak terdeteksi adanya peningkatan radiasi di ketiga situs yang diserang.

Baca Lagi

Direkomendasikan

World