LiputanKhusus.com — Pertikaian paling panas terjadi di Amerika bukan di medan perang, tapi di jagat maya. Dua tokoh paling berpengaruh di Amerika — Elon Musk, miliarder teknologi eksentrik, dan Donald Trump, presiden penuh kontroversi — terlibat dalam adu serang terbuka yang membuat publik, media, dan bahkan Gedung Putih terpaku. Puncaknya: Musk menuduh Trump terlibat dalam jaringan seks anak ala Jeffrey Epstein… dan kemudian menghapusnya.
Tuduhan Berbahaya yang Menggegerkan Dunia
Pada hari Kamis, Musk membuat dunia Twitter/X terdiam. Di tengah perseteruannya yang kian panas dengan Trump, ia memposting kalimat yang berbunyi:
“Saatnya menjatuhkan bom besar: (Trump) ada dalam berkas Epstein.”
Musk melanjutkan,
“Itulah alasan sebenarnya kenapa data itu belum pernah dipublikasikan.”
Tanpa memberikan bukti atau detail lebih lanjut, Musk tetap bersikeras melalui postingan lanjutan:
“Tandai ini untuk masa depan. Kebenaran akan terungkap.”
Namun hanya dalam hitungan jam, semua unggahan menghilang. Dihapus. Bersih. Seolah tidak pernah terjadi.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Tuduhan itu muncul hanya beberapa hari setelah Musk secara mengejutkan mundur dari jabatan penasihat Gedung Putih di Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE), posisi simbolis yang dia isi selama beberapa bulan. Dalam waktu singkat, hubungan Musk–Trump yang tadinya tampak akrab berubah menjadi medan tempur digital.
Trump awalnya memuji Musk saat keluar dari jabatannya, namun kemudian menyerang keras di Ruang Oval, menyebut miliarder itu “pengkhianat yang tidak paham pemerintahan.” Musk membalas dengan menyebut rancangan anggaran Trump sebagai “abominasi” yang membahayakan masa depan Amerika.
Namun ketika tuduhan soal Epstein muncul, suhu konflik melonjak ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Epstein, Trump, dan “Daftar Rahasia”
Jeffrey Epstein, pelaku kejahatan seksual yang meninggal di penjara pada 2019, telah menjadi sosok sentral dalam berbagai teori konspirasi politik AS. Namanya menyeret elite dunia — dari pangeran Inggris hingga CEO besar — dalam dugaan jaringan pedofil internasional.
Trump secara terbuka diketahui pernah bersahabat dan berpesta dengan Epstein, bahkan menyebutnya “teman yang menyenangkan” dalam sebuah wawancara tahun 2002. Namun, hingga kini tidak ada tuduhan resmi terhadap Trump terkait kejahatan Epstein.
Yang menjadi pertanyaan: Mengapa Musk mengangkat kembali nama Trump dalam konteks Epstein, dan mengapa ia kemudian menghapusnya?
Spekulasi Liar & Taktik Politik?
Penghapusan unggahan itu justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan. Apakah Musk mendapat tekanan? Ancaman hukum? Ataukah ia hanya memanfaatkan momen untuk membalas dendam politik?
Yang jelas, serangan Musk telah menabrak narasi lama pendukung Trump — terutama kalangan “MAGA” (Make America Great Again) — yang selama ini gencar menuding Demokrat dan selebriti liberal sebagai bagian dari jaringan Epstein, sambil menutup mata terhadap keterlibatan tokoh dari pihak mereka sendiri.
Sekarang, Musk — yang dulu dielu-elukan sebagai ‘jenius patriotik’ — justru menembak ke dalam barisan mereka sendiri.
Redam atau Siaga? Dua Raksasa Tarik Rem Darurat
Setelah beberapa hari panas membara, kedua pihak tampaknya menyadari bahayanya eskalasi ini. Trump berkata kepada wartawan:
“Saya hanya berharap yang terbaik untuknya.”
Musk merespons di platform X dengan nada serupa:
“Sama, saya juga.”
Namun publik tahu, ini bukan akhir dari cerita. Unggahan yang sudah dilihat jutaan orang tidak akan begitu saja dilupakan. Di era digital, apa yang sudah diunggah tidak pernah benar-benar hilang.
Kapan “Bom” Itu Meledak?
Pertanyaannya sekarang bukan apakah, tapi kapan tuduhan Musk itu akan kembali mencuat — dan apakah ia akan berani membeberkan bukti?
Apakah ini hanya sandiwara politik? Atau benarkah Musk menyimpan informasi sensitif yang bisa mengguncang landasan politik Amerika?
Satu hal pasti: saat dua raksasa saling hantam, getarannya terasa ke seluruh dunia.