LiputanKhusus.com, Wina — Di tengah ketegangan geopolitik dan isu nuklir yang makin sering menghiasi berita internasional, nama IAEA sering muncul ke permukaan. Namun, masih banyak orang yang bertanya-tanya: apa sebenarnya IAEA itu? Apa perannya? Dan mengapa keberadaannya begitu penting bagi dunia?
Apa Itu IAEA?
IAEA adalah singkatan dari International Atomic Energy Agency atau dalam bahasa Indonesia disebut Badan Energi Atom Internasional. Lembaga ini berdiri pada tahun 1957 dan bermarkas di Wina, Austria. IAEA merupakan badan independen di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dengan misi utama: memastikan penggunaan energi nuklir di seluruh dunia dilakukan secara damai, aman, dan tidak disalahgunakan untuk tujuan militer, khususnya senjata nuklir.
Meski bekerja sama erat dengan PBB, IAEA memiliki struktur, anggaran, dan kebijakan tersendiri. Saat ini, lembaga ini memiliki lebih dari 170 negara anggota, termasuk Indonesia.
Tugas Utama IAEA
IAEA memiliki tiga pilar utama dalam tugasnya:
- Verifikasi dan Pengawasan Nuklir
Ini adalah tugas paling dikenal IAEA. Lembaga ini mengirim inspektur internasional ke berbagai negara untuk memverifikasi apakah program nuklir yang dijalankan sesuai dengan perjanjian damai, khususnya Traktat Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT). Mereka akan memastikan bahwa uranium atau plutonium tidak dialihkan untuk membuat bom nuklir. - Pengembangan Teknologi Nuklir untuk Kesejahteraan
Tak melulu soal pengawasan, IAEA juga mendukung penggunaan teknologi nuklir untuk hal-hal positif, seperti pengobatan kanker (radioterapi), pertanian, manajemen air, dan bahkan pelacakan perubahan iklim. Negara-negara berkembang banyak menerima bantuan teknis dari IAEA di bidang ini. - Keamanan Nuklir dan Perlindungan Radiasi
IAEA membuat pedoman internasional terkait bagaimana fasilitas nuklir harus dirancang dan dioperasikan agar tidak membahayakan manusia dan lingkungan, serta mengatur standar keselamatan radiasi untuk pekerja dan masyarakat.
Mengapa IAEA Sering Disebut Dalam Konflik Global?
Ketika suatu negara seperti Iran atau Korea Utara disorot karena program nuklirnya, IAEA menjadi garda terdepan dalam proses penyelidikan. Misalnya, jika negara tersebut menolak menerima inspektur atau ditemukan indikasi pelanggaran, IAEA akan melaporkannya ke Dewan Keamanan PBB, yang bisa berujung pada sanksi internasional.
Karena posisinya yang sensitif dan strategis, IAEA kadang berada di tengah tarik-menarik politik global. Negara-negara besar bisa saja menekan IAEA untuk mendukung kepentingan mereka, sementara negara lain menuduh lembaga ini bias atau tidak netral.
Siapa Pimpinannya?
Saat ini, Direktur Jenderal IAEA adalah Rafael Grossi, diplomat asal Argentina yang menjabat sejak 2019. Grossi dikenal vokal dan aktif dalam menjaga komunikasi terbuka dengan negara-negara “bermasalah”, sambil tetap menjaga integritas dan objektivitas lembaga.
Apa Hubungannya dengan Indonesia?
Indonesia adalah anggota aktif IAEA dan sudah banyak menjalin kerja sama di bidang pemanfaatan nuklir untuk energi, kesehatan, serta riset. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan BAPETEN menjadi mitra utama IAEA di Indonesia. Salah satu contoh konkret adalah kerja sama dalam penggunaan teknologi nuklir untuk sterilisasi alat kesehatan dan pengembangan benih tanaman unggul lewat iradiasi.
Kesimpulan: Lembaga Kecil, Tanggung Jawab Besar
IAEA mungkin tak sepopuler WHO atau IMF dalam pemberitaan sehari-hari, tapi perannya sangat vital. Di era ketika isu senjata nuklir bisa memicu krisis global, keberadaan IAEA menjadi semacam “wasit” internasional—berusaha menjaga agar energi nuklir tetap menjadi alat bagi kemajuan, bukan kehancuran.
Dengan mandat yang kompleks dan medan diplomasi yang rumit, IAEA berdiri di garis depan menjaga dunia tetap aman dari bayang-bayang perang nuklir, sembari mendukung negara-negara agar bisa menggunakan ilmu nuklir untuk membangun masa depan yang lebih baik.