0
0

Rusia Peringatkan AS: Keterlibatan Militer Langsung di Israel Bisa Picu Bencana Timur Tengah

Ketegangan di Timur Tengah mencapai titik kritis. Rusia memperingatkan Amerika Serikat agar tidak terlibat langsung mendukung Israel di tengah eskalasi konflik Iran-Israel

LIPUTANKHUSUS.com — Rusia mengeluarkan peringatan keras kepada Amerika Serikat untuk tidak terlibat secara militer dalam mendukung Israel di tengah eskalasi konflik yang melibatkan Iran dan Israel. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, dengan nada tegas menyatakan bahwa keterlibatan langsung militer AS di pihak Israel akan “secara radikal mengacaukan situasi di Timur Tengah,” yang saat ini sudah berada di ambang krisis berskala besar.

Peringatan Rusia datang setelah perang udara antara Iran dan Israel memasuki hari keenam. Serangan udara timbal-balik terjadi setelah pelanggaran wilayah udara Iran oleh Israel, memicu kemarahan Teheran dan gelombang serangan balasan. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran internasional akan terjadinya konflik yang meluas.

Berbicara kepada kantor berita Interfax, Ryabkov menyampaikan bahwa Moskow telah menghubungi kedua pihak — Israel dan Iran — untuk mencoba meredakan ketegangan. Namun, ia menegaskan bahwa setiap bantuan militer dari AS kepada Israel berpotensi memicu “kekacauan yang tak terkendali” di kawasan yang sudah rapuh.

Putin Turun Langsung, Siap Jadi Mediator

Presiden Rusia Vladimir Putin turut melakukan intervensi diplomatik dengan menghubungi Presiden Uni Emirat Arab, Mohamed bin Zayed Al Nahyan. Kedua pemimpin menyatakan keprihatinan mendalam atas perkembangan situasi dan menegaskan pentingnya penyelesaian cepat atas krisis yang membayangi kawasan.

“Rusia siap untuk memainkan peran mediasi dan telah berbicara dengan berbagai pemimpin regional untuk meredakan konflik,” demikian pernyataan yang dirilis oleh kantor berita pemerintah Rusia, TASS.

Ancaman Iran Kian Mengeras

Di Teheran, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dengan suara lantang menegaskan bahwa angkatan bersenjata negaranya siap untuk mempertahankan Iran dari segala bentuk agresi. Ancaman keras Khamenei muncul setelah Presiden AS Donald Trump secara provokatif mengancam akan membunuhnya, sementara Israel menyerukan penggulingan rezim di Teheran.

“Iran tidak akan menyerah. Setiap serangan AS akan mendapat balasan mengerikan yang tak dapat diperbaiki,” ujar Khamenei dalam pidato resminya. Ia juga memperingatkan Israel secara langsung, menyebut Tel Aviv telah melakukan kesalahan fatal dengan menyerang Iran, dan menyatakan bahwa hukuman atas tindakan itu tak terhindarkan.

“Mereka yang mengenal sejarah Iran tahu bahwa bangsa ini tidak tunduk pada bahasa ancaman. Darah para martir kami tidak akan terlupakan,” tegasnya.

Ultimatum Diplomatik Iran ke AS

Duta Besar Iran untuk PBB, Ali Bahreini, memperingatkan bahwa jika Washington secara langsung terlibat dalam serangan terhadap Teheran, maka Iran tidak akan ragu membalas dengan menyerang kepentingan Amerika. Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menegaskan kepada Al Jazeera bahwa komunitas internasional seharusnya mencegah perang besar yang berpotensi menimbulkan dampak destruktif luas di kawasan.

“Israel berusaha memaksakan perang tanpa akhir di Timur Tengah,” ujar jubir tersebut, menyoroti upaya Israel untuk memancing keterlibatan langsung Amerika demi memperkuat posisi militernya.

Ancaman Perang Skala Penuh Menghantui

Situasi yang berkembang cepat ini menempatkan Timur Tengah kembali di ujung tanduk. Potensi pecahnya perang skala penuh yang menyeret kekuatan besar dunia, termasuk AS, Rusia, Iran, Israel, dan negara-negara Arab, menjadi skenario yang semakin realistis. Sementara negara-negara Arab seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi menunjukkan kehati-hatian tinggi dan keengganan untuk menjadi pijakan serangan militer AS, ketegangan tetap membara.

Analis militer memperingatkan, setiap kesalahan kalkulasi sekecil apa pun bisa berubah menjadi konfrontasi bersenjata masif dengan konsekuensi yang mengerikan bagi stabilitas global.

“Timur Tengah kini seperti tong mesiu yang hanya menunggu percikan api kecil,” ujar seorang analis geopolitik senior di Moskow.

Dunia kini menatap gelisah ke arah kawasan paling bergejolak itu, berharap jalur diplomasi bisa menyelamatkan situasi dari jurang perang yang akan tak terkendali.

Baca Lagi

Direkomendasikan

World