0
0

Thom Haye Anggap Duel Timnas Indonesia vs China Bukan Sekadar Balas Dendam

Thom Haye menegaskan laga Timnas Indonesia melawan China bukan hanya soal balas dendam, melainkan kesempatan untuk menunjukkan kualitas dan semangat juang Garuda di panggung internasional

Gianyar — Di bawah sorot lampu Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Timnas Indonesia bersiap menantang China pada 5 Juni 2025 dalam laga krusial Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.

Bagi Thom Haye, bintang lini tengah Skuad Garuda, pertandingan ini bukan sekadar ajang balas dendam atas kekalahan 1-2 di pertemuan pertama Oktober 2024. Ini adalah panggung untuk membuktikan bahwa Garuda kini terbang lebih tinggi, lebih tajam, dan lebih berbahaya.

Dengan sembilan poin di posisi keempat klasemen, Timnas Indonesia berada di persimpangan nasib. Kemenangan atas China bisa menjadi tiket menuju mimpi besar: lolos langsung ke Piala Dunia 2026 bersama raksasa seperti Jepang, atau setidaknya menjaga asa di putaran keempat. Namun, di tengah panasnya ekspektasi publik, Thom Haye justru menawarkan perspektif yang dingin sekaligus menggigit.

Bukan Dendam, Tapi Ambisi Pribadi

Dalam wawancara eksklusif di kanal YouTube The Haye Way pada Minggu (25/5), Thom Haye menolak narasi bahwa laga melawan China adalah pertarungan balas dendam.

Bagi eks-gelandang SC Heerenveen ini, label “balas dendam” terlalu emosional, terlalu picik untuk menggambarkan misi Timnas Indonesia. “Bukan seperti balas dendam kepada China,” tegas Haye dengan nada penuh percaya diri.

Ia membandingkan laga ini dengan duel melawan Bahrain, yang sarat dengan emosi setelah Garuda merasa “dicuri” hasil imbang 2-2 di pertemuan pertama. “Melawan Bahrain, ada situasi yang membuat kami terbakar. Kami bermain dengan hati dan membuktikan kualitas kami,” ujarnya.

Tapi untuk China? Haye punya pandangan berbeda. “Ini bukan soal membalas kekalahan. Ini tentang menunjukkan bahwa kami lebih baik dari pertandingan sebelumnya. Ini balas dendam pada diri sendiri, karena kami tahu kami tidak tampil maksimal di sana.”

Panggung Pembuktian Garuda

Kekalahan 1-2 di Tiongkok Oktober lalu masih membekas di benak Haye dan rekan-rekannya. Bukan karena skor, melainkan karena Timnas Indonesia gagal menunjukkan taring sejatinya. Kini, dengan SUGBK sebagai benteng dan puluhan ribu suporter sebagai nyawa tambahan, Haye melihat laga ini sebagai momen untuk memperbaiki kesalahan.

“Kami ingin membuktikan bahwa Timnas Indonesia sekarang jauh lebih baik. Ini soal harga diri sebagai tim,” katanya dengan sorot mata penuh determinasi.

Haye, yang dikenal dengan visi permainan dan umpan-umpan presisinya, menegaskan bahwa timnya tengah mempersiapkan strategi matang. “Kami belajar dari laga sebelumnya. China kuat, tapi kami punya keunggulan di kandang. Ini saatnya kami tunjukkan siapa Garuda sebenarnya,” tambahnya, sembari tersenyum penuh makna.

Taruhan Besar di SUGBK

Pertandingan melawan China bukan sekadar laga biasa. Ini adalah titik balik yang bisa mengubah nasib Timnas Indonesia di kualifikasi. Dengan Jepang masih memimpin klasemen, kemenangan atas China akan memperlebar peluang Garuda untuk mengejar posisi dua besar atau setidaknya mengamankan tempat di putaran berikutnya.

Namun, tekanan tak hanya datang dari lawan. Publik Indonesia, yang dikenal fanatik, menanti aksi heroik dari pasukan Patrick Kluivert. Apalagi, FIFA dikabarkan telah mengecek kesiapan SUGBK untuk laga ini, menambah aura pentingnya duel di Jakarta.

Haye, Sang Penutup Narasi Dendam

Di tengah gempita narasi “balas dendam” yang digaungkan banyak pihak, Thom Haye memilih berdiri di atas angin. Dengan gaya khasnya yang kalem namun penuh wibawa, ia mengarahkan fokus tim pada hal yang lebih besar: harga diri dan kualitas.

“Kami bangga dengan perjuangan kami sejauh ini. Sekarang, saatnya kami menulis cerita baru,” tutup Haye, seolah menantang China untuk bersiap menghadapi Garuda yang berbeda.

Pada 5 Juni mendatang, SUGBK akan menjadi saksi. Akankah Timnas Indonesia, di bawah komando Thom Haye dan kawan-kawan, mampu mengukir kemenangan yang tak hanya membungkam China, tapi juga dunia? Satu hal pasti: ini bukan tentang dendam, tapi tentang kebangkitan.

Baca Lagi

Direkomendasikan

World